We can do it !!

"Negara dan Bangsa menanti Darma Baktimu"
- Akademi Militer

Subscribe to My YouTube Channel : https://www.youtube.com/channel/UCCYP9RTSbdm0tkwMI4boJbg

Selasa, 27 Juli 2021

Nilai Juang Tokoh Tan Malaka, Pahlawan yang Sempat Dilupakan Ketika Orde Baru

 Siapa itu Tan Malaka?


Pada masa orde baru, Tan Malaka dihapus dari pelajaran Sejarah Indonesia karena dianggap sebagai tokoh PKI. Sebut saja ia pernah bertemu tokoh-tokoh PKI seperti Henk Sneevliet ketika sedang kuliah di Belanda, Darsono dan Semaun di Sarekat Islam terutama di kubu merah, dan dalam kisah perkuliahannya dimana ia tertarik membaca buku-buku Karl Marx, Fredreich Engels, dan Vladimir Lenin. Selain itu alasan Tan Malaka pada orde baru dihapus dari sejarah juga adalah karena akhir hayatnya yang tewas ditembak TNI saat ia sedang melakukan gerilya pemberontakan. Maka dari itulah masyarakat Indonesia banyak yang tidak mengenalnya dan sekali mengenal langsung dianggap sebagai tokoh PKI.

Namun perlu diketahui, ia diberi gelar sebagai "The True Founding Father of Indonesia" karena buku karyanya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia yang menginspirasi dan menjadi dasar bagi Soekarno untuk merumuskan pemerintahan dan tatanan negara setelah merdeka. Maka dari itulah mengapa pada tahun 1963, pemerintah Indonesia memberi gelar kepada Tan Malaka dengan gelar Pahlawan Nasional.

Dalam penjelasan awal dikatakan bahwa Tan Malaka dianggap sebagai tokoh PKI. Namun walaupun ia pernah tertarik dengan komunis, pada kehidupan setelah Indonesia merdeka justru ia dianggap sebagai pengkhianat PKI karena gagasan PKI yang ia tolak mentah-mentah dan mulai membenci PKI serta ia justru mendirikan Partai Murba, sehingga karena alasan inilah yang menjadi salah satu konspirasi dibalik kematiannya.

 

Kisah Singkat


Tan Malaka bernama Asli Sutan Ibrahim. Tan Malaka diambil dari gelarnya di daerah Minangkabau sana, sehingga nama lengkap aslinya adalah Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka. Semasa sekolah, ia dikenal sangat cerdas walaupun nakal. Kecerdasan inilah yang mengantarkannya bisa berkuliah di Belanda karena didukung oleh seorang Belanda yang mengajar di sekolah khusus orang-orang tertentu di daerahnya yang merupakan sekolah Tan Malaka sendiri.

Saat di Belanda, ia mulai tertarik dengan buku revolusi perancis de Fransche Revolutie dan buku-buku berbau haluan kiri, sehingga dari sinilah ia mulai membenci sistem kolonial Belanda untuk melawan Belanda di Indonesia. Kemudian ia bertemu Henk Sneevliet yang merupakan salah satu tokoh kunci berdirinya PKI dan bergabung ke Sociaal Democratische-Onderwijzers Vereeniging atau SDOV. Ketika ISDV berevolusi menjadi PKH kemudian PKI, Tan Malaka otomatis menjadi anggota di dalamnya.

Beberapa lama kemudian, ia kembali ke Indonesia membawa pemikirannya yang terpengaruh itu. Ia mulai untuk menjadi pedagang karena ingin melihat kehidupan rakyat Indonesia, khususnya kaum pribumi. Mulai dari sinilah ia mulai melakukan aksi melawan belanda. Hal yang ia lakukan pertama adalah menginisiasi pemogokan kerja pada sebuah perusahaan Belanda yang kemudian ditanggapi belanda sebagai pemberontakan. Tidak hanya itu, Tan Malaka beberapa kali melakukan aksi sehingga ia dianggap sebagai momok oleh Belanda. Karena hidupnya sudah tidak nyaman lagi, ia pun harus bersembunyi dan berpindah tempat hingga negara dengan bergonta-ganti nama samaran.

Sampai akhirnya ia tiba di Hongkong, ia menulis buku Naar de Republiek Indonesia. Buku inilah akhirnya menjadikan Tan Malaka sebagai bapak pendiri bangsa sesungguhnya, karena gagasannya yang menginspirasi Soekarno untuk membangun Indonesia. Setelah lama bersembunyi dan berpindah tempat, ia memutuskan kembali ke Indonesia karena ia anggap Indonesia sudah aman akibat diusirnya Belanda oleh Jepang.

Jepang lebih kejam dari Belanda. Jepang mempropagandakan dan membuat Tan Malaka palsu, sehingga rakyat Indonesia sudah didoktrin untuk membenci Tan Malaka, sehingga tidak lama dari kepulangannya ke Indonesia, Tan Malaka kembali harus bersembunyi dan berpindah tempat. Sampai akhirnya Indonesia merdeka, Tan Malaka masih bersembunyi karena ia belum tahu jika Indonesia sudah merdeka.

        Tak lama dari itu, karena banyak kabar dari mulut ke mulut mengenai Indonesia merdeka, Tan Malaka pun akhirnya mengetahui kabar merdeka itu. Hal ini dianggap ironis, karena Tan Malaka lah yang membuat bangsa ini bisa berdiri dengan tatanan yang digagas berdasarkan pemikirannya. Setelah itu pun, Tan Malaka datang kepada Achmad Soebardjo dan membongkar penyamarannya. Achmad Soebardjo kaget karena Tan Malaka masih belum tewas. "Alang-alang toh tak dapat musnah kalau tidak dicabut hingga akar-akarnya" begitulah ucap Tan Malaka ketika Achmad Soebardjo kaget ia belum tewas. Tan Malaka datang ke Achmad Soebardjo karena merasa masih ada yang kurang dari kemerdekaan bangsa ini. Mendengar berita keberadaan Tan Malaka, Soekarno pun bertemu dengannya 2 kali pada tahun 1945 yang melahirkan statement bahwa jika Soekarno Hatta ditangkap, Tan Malaka lah yang menjadi penerusnya.

NICA datang bersama Inggris yang ingin melucuti tentara Jepang. NICA datang ingin kembali mengusai bangsa. Bukannya mengatakan "Kami sudah merdeka!", justru Sjahrir dan kabinetnya lunak kepada Belanda dan melakukan negosiasi. Terkejut dan terheran dengan jalur diplomasi yang lembek itu, Tan Malaka dan Jenderal Soedirman pun geram. Kegeraman ini bertambah hingga memuncak karena negosiasi tersebut ingin menentukan batas wilayah bangsa ini yang diakui Belanda. Benar saja, perjanjian Linggarjati pun terjadi. Soedirman dan Malaka pun membentuk persatuan perjuangan.

3 Juli 1946 timbulah percobaan kudeta pertama kepada pemerintahan Sjahrir. Terdengar oleh pemerintah, Tan Malaka bersama Soebardjo dan Soekarni pun dipenjara. Tan Malaka terus berpindah-pindah penjara karena alasan tertentu, sehingga buku autobiografi Dari Pendjara ke Pendjara pun terbit oleh Tan Malaka sendiri. 27 Juni 1946, beberapa anggota kabinet, termasuk Sjahrir berhasil diculik. Hanya bertahan hingga 1 Juli 1946, mereka semua dibebaskan. Tidak bagi Tan Malaka yang baru bebas dua tahun kemudian.

Setelah bebas, Tan Malaka makin ricau dengan intervensi belanda yang terus melancarkan
agresi. Ia bertemu Soedirman untuk menyusun rencana. Selanjutnya diluar itu, ia pun mendirikan Partai Murba sebagai bentuk diplomasinya. Hal inilah kemudian yang membuat PKI marah kepada Tan Malaka karena dianggap berkhianat. Khianatnya ini semakin menjadi karena menyusul pemberontakan PKI Madiun dan aksi Pemberontakan lain yang dilakukan PKI yang Tan Malaka tolak dan benci dengan mentah-mentah.

12 November 1948 ia melakukan gerilya melawan Belanda yang dibantu Soedirman dengan memberikan satu regu dan ditempatkan di Divisi Brawijaya. Ia pun pergi ke Kediri untuk melakukan perlawanan. Tan Malaka sangat keras dan tetap ingin bagaimanapun Indonesia harus merdeka seratus persen.

Namun, sikap kerasnya ini membuat pemerintah menilai ia membahayakan negara. Oleh karena itulah ia sudah dianggap sebagai musuh oleh Belanda maupun negara yang ia gagas sendiri. Namun ia tetap berjuang demi Indonesia. Sayangnya pada 21 Februari 1949 ia ditembak oleh TNI saat sedang bergerilya. Kematian ini menimbulkan banyak kontroversi, mulai dari anggapan PKI lah yang menjadi dalang pembunuhannya, perintah yang tidak jelas, dan lain sebagainya.


Nilai Juang Secara Umum

Berani

Tan Malaka adalah seorang pahlawan yang sangat berani dalam menghadapi musuh didepannya. Ia tidak peduli bahwa ia akan menjadi buronan oleh banyak pihak, yang terpenting adalah satu tujuan, demi Indonesia. Kita lihat ia sudah menjadi incaran Belanda, Jepang, bahkan Indonesia dan PKI sendiri, namun ia tetap berani untuk menghadapi hal itu demi satu tujuannya walaupun harus menghadapi lawan dan kawan sendiri.

 

Teguh

Ia dikenal sebagai orang yang sangat teguh dengan perjuangannya. Seperti yang dikatakan pada poin berani, ia tidak peduli dengan musuh baru yang datang dari kawannya sendiri. Yang terpenting bagi Tan Malaka adalah tujuan agar indonesia bisa merdeka yang menjadikan ia teguh dan selalu berfokus dengan satu tujuan itu.

 

Rela Berkorban

Tidak peduli dengan nyawa yang harus menjadi taruhan dan balasannya, ia tetap berjuang mati-matian untuk negaranya sendiri. Tan Malaka harus bersembunyi, dipenjara, dan sudah tidak peduli dengan hal itu semua. Yang paling penting, negara bisa merdeka seratus persen.

 

Tulus Ikhlas

Ia rela menghabiskan kehidupannya untuk bersembunyi dan melancarkan aksinya. Semua itu tidak mendapatkan imbalan material, karena yang diinginkan Tan Malaka hanyalah bisa merdeka dan bisa terus berjuang untuk mewujudkan keinginan banyak orang. Ia tidak ingin merdeka untuk dirinya sendiri, tapi ia ingin merdeka untuk seluruh bangsa.

 

Pantang Menyerah

Tan Malaka tidak pernah menyerah, meskipun harus menjadi buronan dari berbagai pihak. Ia terus akan berjuang walaupun perjuangannya dianggap sebagai suatu hal yang membahayakan. Tan Malaka terbukti tidak pernah berputus asa walaupun harus dipenjara dan bersembunyi, namun tetap ia terus berjuang melalui pemikiran dan gerakan gerilyanya.

 

Tegas

Tan Malaka tampak sebagai seorang yang tegas dengan pihak yang menghalangi tujuannya, termasuk negaranya sendiri. Tan Malaka akan bertindak secara tegas, seperti contohnya kepada belanda dimana ia memperhatikan kaum pribumi maupun ketika agresi militer, bahkan dengan negara sendiri ketika kabinet Sjahrir terlalu lunak menghadapi belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar