Siapa itu Tan Malaka?
Pada
masa orde baru, Tan Malaka dihapus dari pelajaran Sejarah Indonesia karena
dianggap sebagai tokoh PKI. Sebut saja ia pernah bertemu tokoh-tokoh PKI
seperti Henk Sneevliet ketika sedang kuliah di Belanda, Darsono dan Semaun di
Sarekat Islam terutama di kubu merah, dan dalam kisah perkuliahannya dimana ia
tertarik membaca buku-buku Karl Marx, Fredreich Engels, dan Vladimir Lenin.
Selain itu alasan Tan Malaka pada orde baru dihapus dari sejarah juga adalah
karena akhir hayatnya yang tewas ditembak TNI saat ia sedang melakukan gerilya
pemberontakan. Maka dari itulah masyarakat Indonesia banyak yang tidak
mengenalnya dan sekali mengenal langsung dianggap sebagai tokoh PKI.
Namun
perlu diketahui, ia diberi gelar sebagai "The True Founding Father of
Indonesia" karena buku karyanya yang berjudul Naar de Republiek
Indonesia yang menginspirasi dan menjadi dasar bagi Soekarno untuk
merumuskan pemerintahan dan tatanan negara setelah merdeka. Maka dari itulah
mengapa pada tahun 1963, pemerintah Indonesia memberi gelar kepada Tan Malaka
dengan gelar Pahlawan Nasional.
Dalam
penjelasan awal dikatakan bahwa Tan Malaka dianggap sebagai tokoh PKI. Namun
walaupun ia pernah tertarik dengan komunis, pada kehidupan setelah Indonesia
merdeka justru ia dianggap sebagai pengkhianat PKI karena gagasan PKI yang ia
tolak mentah-mentah dan mulai membenci PKI serta ia justru mendirikan Partai
Murba, sehingga karena alasan inilah yang menjadi salah satu konspirasi dibalik
kematiannya.
Kisah
Singkat
Tan
Malaka bernama Asli Sutan Ibrahim. Tan Malaka diambil dari gelarnya di daerah
Minangkabau sana, sehingga nama lengkap aslinya adalah Ibrahim gelar Datuk
Sutan Malaka. Semasa sekolah, ia dikenal sangat cerdas walaupun nakal.
Kecerdasan inilah yang mengantarkannya bisa berkuliah di Belanda karena
didukung oleh seorang Belanda yang mengajar di sekolah khusus orang-orang
tertentu di daerahnya yang merupakan sekolah Tan Malaka sendiri.
Saat
di Belanda, ia mulai tertarik dengan buku revolusi perancis de Fransche
Revolutie dan buku-buku berbau haluan kiri, sehingga dari sinilah ia mulai
membenci sistem kolonial Belanda untuk melawan Belanda di Indonesia. Kemudian
ia bertemu Henk Sneevliet yang merupakan salah satu tokoh kunci berdirinya PKI
dan bergabung ke Sociaal Democratische-Onderwijzers Vereeniging atau
SDOV. Ketika ISDV berevolusi menjadi PKH kemudian PKI, Tan Malaka otomatis
menjadi anggota di dalamnya.
Beberapa
lama kemudian, ia kembali ke Indonesia membawa pemikirannya yang terpengaruh
itu. Ia mulai untuk menjadi pedagang karena ingin melihat kehidupan rakyat
Indonesia, khususnya kaum pribumi. Mulai dari sinilah ia mulai melakukan aksi melawan
belanda. Hal yang ia lakukan pertama adalah menginisiasi pemogokan kerja pada
sebuah perusahaan Belanda yang kemudian ditanggapi belanda sebagai
pemberontakan. Tidak hanya itu, Tan Malaka beberapa kali melakukan aksi
sehingga ia dianggap sebagai momok oleh Belanda. Karena hidupnya sudah tidak
nyaman lagi, ia pun harus bersembunyi dan berpindah tempat hingga negara dengan
bergonta-ganti nama samaran.
Sampai
akhirnya ia tiba di Hongkong, ia menulis buku Naar de Republiek Indonesia.
Buku inilah akhirnya menjadikan Tan Malaka sebagai bapak pendiri bangsa
sesungguhnya, karena gagasannya yang menginspirasi Soekarno untuk membangun
Indonesia. Setelah lama bersembunyi dan berpindah tempat, ia memutuskan kembali
ke Indonesia karena ia anggap Indonesia sudah aman akibat diusirnya Belanda
oleh Jepang.
Jepang
lebih kejam dari Belanda. Jepang mempropagandakan dan membuat Tan Malaka palsu,
sehingga rakyat Indonesia sudah didoktrin untuk membenci Tan Malaka, sehingga
tidak lama dari kepulangannya ke Indonesia, Tan Malaka kembali harus
bersembunyi dan berpindah tempat. Sampai akhirnya Indonesia merdeka, Tan Malaka
masih bersembunyi karena ia belum tahu jika Indonesia sudah merdeka.
NICA
datang bersama Inggris yang ingin melucuti tentara Jepang. NICA datang ingin
kembali mengusai bangsa. Bukannya mengatakan "Kami sudah merdeka!",
justru Sjahrir dan kabinetnya lunak kepada Belanda dan melakukan negosiasi.
Terkejut dan terheran dengan jalur diplomasi yang lembek itu, Tan Malaka dan
Jenderal Soedirman pun geram. Kegeraman ini bertambah hingga memuncak karena
negosiasi tersebut ingin menentukan batas wilayah bangsa ini yang diakui
Belanda. Benar saja, perjanjian Linggarjati pun terjadi. Soedirman dan Malaka
pun membentuk persatuan perjuangan.
3
Juli 1946 timbulah percobaan kudeta pertama kepada pemerintahan Sjahrir.
Terdengar oleh pemerintah, Tan Malaka bersama Soebardjo dan Soekarni pun
dipenjara. Tan Malaka terus berpindah-pindah penjara karena alasan tertentu,
sehingga buku autobiografi Dari Pendjara ke Pendjara pun terbit oleh Tan
Malaka sendiri. 27 Juni 1946, beberapa anggota kabinet, termasuk Sjahrir
berhasil diculik. Hanya bertahan hingga 1 Juli 1946, mereka semua dibebaskan.
Tidak bagi Tan Malaka yang baru bebas dua tahun kemudian.
Setelah
bebas, Tan Malaka makin ricau dengan intervensi belanda yang terus melancarkan
agresi. Ia bertemu Soedirman untuk menyusun rencana. Selanjutnya diluar itu, ia
pun mendirikan Partai Murba sebagai bentuk diplomasinya. Hal inilah kemudian
yang membuat PKI marah kepada Tan Malaka karena dianggap berkhianat. Khianatnya
ini semakin menjadi karena menyusul pemberontakan PKI Madiun dan aksi
Pemberontakan lain yang dilakukan PKI yang Tan Malaka tolak dan benci dengan
mentah-mentah.
12
November 1948 ia melakukan gerilya melawan Belanda yang dibantu Soedirman
dengan memberikan satu regu dan ditempatkan di Divisi Brawijaya. Ia pun pergi
ke Kediri untuk melakukan perlawanan. Tan Malaka sangat keras dan tetap ingin
bagaimanapun Indonesia harus merdeka seratus persen.
Namun, sikap kerasnya ini membuat pemerintah menilai ia membahayakan negara. Oleh karena itulah ia sudah dianggap sebagai musuh oleh Belanda maupun negara yang ia gagas sendiri. Namun ia tetap berjuang demi Indonesia. Sayangnya pada 21 Februari 1949 ia ditembak oleh TNI saat sedang bergerilya. Kematian ini menimbulkan banyak kontroversi, mulai dari anggapan PKI lah yang menjadi dalang pembunuhannya, perintah yang tidak jelas, dan lain sebagainya.
Nilai
Juang Secara Umum
Berani
Tan Malaka adalah seorang pahlawan yang
sangat berani dalam menghadapi musuh didepannya. Ia tidak peduli bahwa ia akan
menjadi buronan oleh banyak pihak, yang terpenting adalah satu tujuan, demi
Indonesia. Kita lihat ia sudah menjadi incaran Belanda, Jepang, bahkan
Indonesia dan PKI sendiri, namun ia tetap berani untuk menghadapi hal itu demi
satu tujuannya walaupun harus menghadapi lawan dan kawan sendiri.
Teguh
Ia dikenal sebagai orang yang sangat teguh
dengan perjuangannya. Seperti yang dikatakan pada poin berani, ia tidak peduli
dengan musuh baru yang datang dari kawannya sendiri. Yang terpenting bagi Tan
Malaka adalah tujuan agar indonesia bisa merdeka yang menjadikan ia teguh dan
selalu berfokus dengan satu tujuan itu.
Rela
Berkorban
Tidak peduli dengan nyawa yang harus
menjadi taruhan dan balasannya, ia tetap berjuang mati-matian untuk negaranya
sendiri. Tan Malaka harus bersembunyi, dipenjara, dan sudah tidak peduli dengan
hal itu semua. Yang paling penting, negara bisa merdeka seratus persen.
Tulus
Ikhlas
Ia rela menghabiskan kehidupannya untuk
bersembunyi dan melancarkan aksinya. Semua itu tidak mendapatkan imbalan
material, karena yang diinginkan Tan Malaka hanyalah bisa merdeka dan bisa
terus berjuang untuk mewujudkan keinginan banyak orang. Ia tidak ingin merdeka
untuk dirinya sendiri, tapi ia ingin merdeka untuk seluruh bangsa.
Pantang
Menyerah
Tan Malaka tidak pernah menyerah, meskipun
harus menjadi buronan dari berbagai pihak. Ia terus akan berjuang walaupun
perjuangannya dianggap sebagai suatu hal yang membahayakan. Tan Malaka terbukti
tidak pernah berputus asa walaupun harus dipenjara dan bersembunyi, namun tetap
ia terus berjuang melalui pemikiran dan gerakan gerilyanya.
Tegas
Tan Malaka tampak sebagai seorang yang
tegas dengan pihak yang menghalangi tujuannya, termasuk negaranya sendiri. Tan
Malaka akan bertindak secara tegas, seperti contohnya kepada belanda dimana ia
memperhatikan kaum pribumi maupun ketika agresi militer, bahkan dengan negara
sendiri ketika kabinet Sjahrir terlalu lunak menghadapi belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar